Buserkepri.Net – Lampung Selatan – Kondisi Sarana prasarana sekolah yang nyaman dan terawat menjadi salah satu sarat mutlak agar kegiatan belajar mengajar dalam lingkungan sekolah dapat nyaman dan kondusif.
Tapi lain halnya yang terjadi di SMP 3 Jati Agung Kecamatan Jati Agung. Kondisi gedung sekolah jauh dari yàng diharapkan memenuhi standar layak dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
Hal ini dibuktikan oleh beberapa media yang berkunjung ke SMP 3 Jati Agung, kamis 23-01-2010 setelah berbekal laporan dari beberapa orang tua Siswa yang menceritakan kondisi gedung belajar SMP 3 Jati Agung.
Baru saja masuk halaman sekolah sudah mendapatkan pemandangan yang sangat miris.
Terlihat disisi kiri kanan gedung terlihat cat tembok sekolah yang sudah memudar dan plapon atap sudah hancur dan bolong disana – sini. Pemandangan ini terlihat hampir diseruh bangunan gedung tempat siswa belajar.
Mirisnya lagi dalam laporan penyerapan dana Bos, kepala sekolah menganggarkan lebih kurang Rp 114. 266.525,- ( seratus empat belas juta dua ratus enam puluh enam ribu lima ratus dua puluh lima rupiah ) terbagi dalam empat triulan di tahun 2019 guna untuk pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana sekolah.
Soetopo S.Pd selaku kepala sekolah SMP 3 Jati Agung ketika diminta keterangan oleh media ini di kantornya jum,at 24-01-2020 terkait anggaran pemeliharaan yang diduga tidak terealisasi menjawab bahwa dana tersebut sudah dia gunakan semua semua untuk membangun pagar sekolah, bahkan menurutnya mobil nya pun telah terjual untuk tambahan memperbaiki sekolah dengan alasan gedung sekolahnya memang sudah hancur sebelum dirinya nya menjabat kepala sekolah dua tahun yang lalu.
“Dana pemeliharaan sudah direalisasikan semua, saya pakai untuk membangun pagar, dan dana itupun sebenarnya kurang. Maka saya jual mobil untuk tambahan membangun bagian gedung yang rusak” jelasnya.
Sementara menurut Sukardi SH salah satu Sekretaris LSM di Bandar Lampung dan merupakan salah satu pemerhati pendidikan, Jawaban yang disampaikan Soetopo merupakan jawaban yang tidak etis dan jawaban yang terkesan asal jawab.
Menurut Sukardi dana Bos untuk perawatan didalan juknis Bos hanya diperbolekan untuk biaya perawatan dan pemeliharaan ringan, bukan untuk biaya membangun termasuk tidak untuk membangun pagar. Dan bila ada bahasanya sampai menjual mobil untuk memperbaiki yang rusak itu hanya alasan agar seolah- olah Soetopo benar- benar telah melakukan perbaikan dan perawatan sekolah ungkap Sukardi.(Red)
Sumber: fpii setwil lampung
Editor: I.r