Buserkepri.Net — Gelisahkah kita saat membuka jendela, mata ini tertumbuk pada pemandangan tentang mereka yang jangankan tersenyum,untuk “mengisi perut” siang ini saja masih angan-angan?
“Jumat Barokah, Jumat Berbagi” Polda Banten hadir untuk para duafa lagi papa yang tersuruk-suruk hidup di
sudut-sudut Provinsi Banten. Mungkin itu “kecil-kecil”
Saja, tapi biarlah Sang Mahapenentu yang tahu….“`
IBN Al-Qayyim dalam “magnum opus’-nya (karya besar), “I’lam Al Muwaqih ‘In” menulis, “Asas syariat adalah kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat….(A.M. Riswanto, 2007: 19).
Dulu, mungkin tak terpikir oleh si penggagas akan membiak seperti ini. Di benaknya, yang ada cuma berbuat dan berbagi kebaikan. Demikian pula dengan mereka yang melaksanakan, meneruskan hingga mereka sinambung terlibat dalam asyiknya ber-“Jumat Barokah, Jumat Berbagi” (“JB, JB”).
Adalah fakta bahwa, mereka terus menjaga dan merawat sehingga “JB, JB” konsisten berkelanjutan. Konsisten itulah satu kekokohan yang membuat terimplementasikannya komitmen menyeru dan menggalang sehingga terwujud seperti hari ini –tiada Jumat tanpa “JB, JB”.
Sekecil apa pun komitmen, untuk menepatinya butuh konsistensi. Apa tah lagi mempertahankan dan mengembangkan. Pada Kehidupan yang serba kalkulatif berhitung-hitung untung-rugi secara materi; transaksional “kuberi apa, lantas kudapat apa”, mereka konsisten berbasis pada akar “berbagilah kebaikan dan lupakan”.
Begitulah yang terwujud dari satu periode masa kepemimpinan Kapolda Banten ke Kapolda Banten berikutnya. Kini menjadi lebih pas lagi bagai “tutup ketemu botol” ketika “JB, JB” jumpa “12 Commander Wish”-nya Irjen Pol. Rudy Heriyanto, S.H., M.H. M.B.A. Hal ini menjadi semacam kerendahan hati, arif hidup di “Bumi Beribu Ulama, Beribu Santri”. Tepatnya, hal itu ketika “JB, JB” jumpa dengan “Warung Jumat”, poin ke-10 dari “12 Commander Wish”. Bobotnya adalah kepedulian sehingga bersenyawa dengan poin-poin lain seperti “Saba Pesantren” (5), “Rukun Ulama-Umara” (2), dan “Polisi Sayang Anak” (11).
Irjen Rudy, Kapolda ke-15 Banten, sering diam-diam menyambangi langsung masyarakat dan para pemuka terutama alim-ulama di Banten. Malah, pada Selasa (26/1/21) jenderal bintang dua itu, turun langung bercengkerama dengan anak-anak yatim dan yatim-piatu di Yayasan Nuris dan Yayasan An-Nur. Rudy yang dilantik Kapolri menjadi Kapolda Banten, Selasa, 5 Januari 2021, menyempatkan berbagi cerita di kedua panti yang menampung tak kurang dari 150 anak asuh. Masih banyak hari-hari lain yang akan dilalui anak seorang jaksa ini, di masa-masa memimpin Polda Banten ke depan.
Keterbukaan dan”KONSEP “JB, JB” dikembangkan dan diaktualisasikan oleh Kepala Bidang Humas Polda Banten, Kombes Pol. Edy Sumardi, S.I.K., M.H., sejak lebih dua tahun lalu. Saat itu hampir bersamaan dengan datangnya Kapolda Irjen Pol. Drs. Tomsi Tohir, M.Si (kini Sahli Kapolri setelah dari Banten menjadi Kapolda NTB).
Di mana pun bertugas, Edy memang selalu menghidup-hidupkan aktivitas serupa. Sejak ia bertugas di Provinsi Riau sebagai Wakapolresta Pekan Baru, Kapolres Kampar dan Kapolres Kuantan Singingi. Pada Agustus 2019, putera seorang bintara Angkatan Laut ini, menerima Piagam Penghargaan Terbaik “Kehumasan Bidang Amplifikasi”.
Meski tak formal sampai diinstitusionalisasikan, gerak “JB, JB” kini seperti sudah telembagakan saja. Jika dihitung, setahun ada 52 pekan, setidaknya aktivitas “JB, JB” hingga kini telah berjalan hingga 120-an Jumat. Ia senantiasa mengundang tanya publik di tiap pekan mendekati hari Jumat. Seolah selalu ada tanya, “Jumat ini, JB akan berbagi di mana?” Terakhir pada Jumat, 12 Februari 2021, “JB. JB” menyasar 30 kepala keluarga (KK) duafa. Mereka bermukim di RT-RT dalam lingkungan RW 001, Kampung Kreo, Desa Sindang, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang.
Uang yang terkumpul berasal dari siapa saja yang ikhlas berinfak, baik dari mereka yang langsung menyerahkan kepada personel Bidang Humas Polda Banten atau diam-diam memasukkannya ke dalam “kotak kardus sederhana” di kursi depan pintu masuk ruang Edy.
Seberapa pun yang didapat itulah yang dibagikan. Sasarannya berganti-ganti. Mungkin pekan ini pengojek, pekan esoknya buruh serabutan yang sedang menanti kemungkinan datangnya order kerja. Lain waktu, buruh angkut, juga tak jarang menyasar kaum duafa di pemukiman-pemukiman. Selain itu, mereka yang bertahun-tahun tak berdaya berbaring di tempat tidur lantaran sakit menahun tak terobati.
Aktivitas serupa itu disahuti oleh Polres-polres dan Polsek-polsek yang tersebar di Provinsi Banten, seperti giat dilakukan dalam berbagai kasus kepapan, oleh Kompol Jajang Mulyawan, S.H., M.H., ketika masih Kapolsek di Kota Cilegon. Jajang sebelumnya pernah betugas mendampingi Edy di Bidang Humas Polda Banten.
Bingkisan yang dibagi-bagikan tak tentu, kadang berupa nasi bungkus, sembako, atau uang tunai yang mungkin dari nilai tak seberapa jumlahnya. Tetapi, itu sudah sangat menghibur mereka yang menerima. Tak jarang malah membuat si penerima sesenggukan melampiaskan keterharuannya tanpa bisa berkata apa-apa kecuali: terima kasih Pak Polisi.
Kemajuan teknologi amat mendukung “JB, JB” Polda Banten. Persebarannya di grup-grup WhatsApp, sejumlah media sosial (medos) lainnya, serta media online, telah banyak membantu. Sajian-sajiannya cepat mengundang simpati berbagai pihak, baik per orangan maupun organisasi hobi, di Banten atau di luar Banten. Baru-baru ini seorang siswi MTsN Tangerang berusia 12 tahun di Legok, Tangerang, menginfakkan koin-koin yang enam bulan segaja ia kumpulkan bersama adik-adiknya melalui “JB, JB”. Infak melalui “JB,JB” adalah atas anjuran Sang Kakek. Demikian pula dengan “Pajero Indonesian Club” (PIC) yang hampir setiap Jumat turut langsung berbagi bersama “JB, JB”.
Ada satu hal yang tak pernah dilupakan oleh “JB, JB” yaitu keterbukaan informasi, seperti pesan junjungan Rasulullah Saw: “Senantiasa catat dan pertanggungjawabkan!” Iptu Wiwi Widaningsih yang secara fungsional menjadi bendahara “JB, JB” selalu menyajikan laporan-laporannya sehari-dua hari jelang Jumat atau setelah hari berbagi. Lengkap, berupa laporan keuangan, foto-foto barang yang dibeli, dan foto-foto aktivitas yang diproduksi oleh personel Bidang Humas Polda Banten.
Gotong-royong dan Keikhlasan
SEJAUH perjalanan hidup yang menginsprasi, sebanyak itu pula orang dan pihak yang memberikan partisipasinya demi keberlanjutan “JB, JB”. Menurut penulis, setidaknya ada empat muatan yang menjiwainya hingga mampu bertahan: 1) peduli dan ikhlas membangun semangat kegotong-royongan demi sesama yang patut mendapat perhatian konkret, 2) Keterbukaan, 3) konsistensi untuk terus ada, 4) keterpanggilan setiap manusia dalam kapasitasnya sebagai pemimpin kehidupan.
Serupa dengan “JB, JB”, dengan masing-masing fluktuasi konsitensi, mungkin banyak tersebar di berbagai belahan di negeri yang amat dikenal dengan kegotong-royongannya ini. Apa pun itu sebutan atau namanya. Penulis berprasangka gotong-royong kini tak hanya hidup dalam masyarakat agraris, meski dalam kajian antropolog Koentjaraningrat (alm), itu bermula dari masyarakat petani desa di Jawa. Gotong-royong disebut merupakan sistem pengerahan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga untuk mengisi kekurangan tenaga pada masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam. Pada saat gotong-royong dilakukan, petani pemilik sawah hanya menyediakan makanan bagi mereka yang ikut gotong-royong. Tak ada kompensasi lain, kecuali ia pun akan terlibat dalam gotong-royong di sawah petani lainnnya di kesempatan lain pula (1984: 57).
Pada irisan saling membantu itu, setidaknya penulis berpendapat, konsep ikhlas sangat relevan menengahi aktivitas-aktivitas sejenis “JB, JB”. Ikhlas itu bukan sesuatu yang imajinatif. Ia nyata bila diperbuat, tapi menjauh bila tak dikerjakan. Dalam khasanah bahasa Indonesia ‘ikhlas” dipadankan dengan “bersih hati” atau “tulus hati” memberi pertolongan (KBBI, 2002: 420). Maka, gotong-royong yang berpola “ikhlas”, patut terus dihidup-hidupkan sehingga menjadi lebih besar daripada “JB, JB” Polda Banten saat ini.
Pastilah tak salah jika dibangun semacam “petak-petak percontohan produktif” yang dimodali dari keikhlasan mengelola “JB, JB”. Dengan itu, mereka yang hari-hari ini berposisi “tangan masih di bawah”, di hari-hari mendatang justru menjadi orang-orang yang layak dan cerdas berbagi.
Polri berkepentingan untuk hal itu. Seorang Ibu, pasti akan menerima kelimpahan hal positif ketika anak-anaknya di kemudian hari menjadi orang baik. Bagi Polri, segala langkah-langkah pendekatan yang baik dan efektif dilakukan kepada masyarakat, dampak baliknya pertama-tama pada akhirnya akan dirasakan oleh masyarakat sendiri. Rasa aman karena terlindungi dari gangguan kejahatan, sesungguhnya adalah lantaran pelibatan masyarakat yang menggerus kenafsi-nafsian. Bukan sebaliknya!
Sumber : Suryadi / Bidhum
Editor : I.R